KISAH PERTEMUAN KH. KHOLILURRAHMAN (RA LILUR – CICIT MBAH KHOLIL BANGKALAN MADURA) DENGAN GURU MULIA, PROF. DR. AL-HABIB AL-SYAIKH SALIM ‘ALWAN AL-HUSAINI (KETUA DARUL FATWA AUSTRALIA)
Ra Lilur bersama Syekh Salim dan Hajj Abdullathif |
Prolog
Bagi sebagian besar kaum santri di
Indonesia, khususnya masyarakat Madura nama Ra Lilur (RL) sudah tidak asing
lagi. Bagaimana tidak, Ra Lilur yang mempunyai nama lengkap KH. Kholilurrahman ini adalah cicit ulama
besar Indonesia, KH. Kholil Bin Abd Latief, atau Syaikhona Kholil Bangkalan,
atau Mbah Kholil. RL adalah sosok ulama’ yang zuhud dan tawadhu’. Masyarakat Madura menilai RL dalam
maqom jadzab. Dalam terminologi sufi (tassawuf), jadzab merupakan suatu tahapan
untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam kewalian. Orang yang tak paham bisa
jadi mengira ia gila. Maklum, penampilannya apa adanya. Apalagi perilakunya
cenderung aneh. Ia kadang hidup di tengah laut, merendam diri sampai
berhari-hari. Namun meskipun demikian banyak orang tidak mengetahui bahwa
beliau adalah sosok yang kutu kitab. Beliau bahkan bisa menghabiskan waktu
berjam-jam untuk muthola’ah kitab. Yang lebih mengagumkan, meski sehari-hari
beliau memakai kaos singlet putih dan celana pendek hitam layaknya seorang
petani, ketika beliau membaca kitab – apalagi jika beliau baru saja mendapatkan
kitab baru- beliau langsung berwudhu’, berbusana lengkap dengan sorbannya,
menghadap kiblat lantas mulai membaca kitab itu sampai hatam. Sebuah wujud
takzim dan penghormatan terhadap ilmu yang begitu luar biasa.
Prof. Dr. Al-Habib Al-Syekh Salim ‘Alwan Al-Husaini |
Syekh Salim (SS) lahir di Beirut, Lebanon. Namun SS hijrah ke
Australia dan mengajar serta berdakwah di Sana. Saat ini SS dipercaya sebagai Amin
‘Aam (Ketua Umum) Darul Fatwa Australia oleh komunitas muslim di sana. Berkat
keilmuan yang dimiliknya, ia sering diundang mengajar dan ceramah di berbagai
tempat, baik lokal maupun internasional, entah itu formal (kampus-kampus dan
sekolah-sekolah) ataupun informal (masjid-masijd, seminar-seminar, konferensi
dan organisasi-organisasi).
SS datang pertama kali ke Indonesia, khususnya Jakarta pada
tahun 1997 dan menetap sementara di Jakarta sampai dengan tahun 1998 akhir. Setelah
itu beliau bolak-balik antara Australia dan Indonesia sampai akhirnya menetap di Australia dan datang sesekali ke Indonesia jika pas ada
acara. Beliau sengaja datang ke Jakarta, karena diutus secara khusus oleh guru
dan murobbi beliau yaitu al-Waliy al-Shaleh al-Imam al-Muhaddits al-Faqih al-Lughawi al-Syekh Abdullah al-Harari al-Habasyi al-‘Abdari (W 2008). Syekh Abdullah mengutusnya karena
beliau mendapat surat dari salah satu santri asal Jember yang lagi belajar di salah
satu lembaga pendidikan berfaham Wahabi milik Kerajaan Arab Saudi di Jakarta
yang bernama Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA). Dalam suratnya si
santri curhat dan prihatin karena banyak anak-anak santri alumni pesantren yang
lagi belajar di LIPIA yang terpengaruh dengan ajaran Wahabi yang merupakan
madzhab resmi Saudi dan diajarkan di lembaga tersebut. Maka ketika Syekh Salim
tiba di Jakarta, beliau langsung membuka majlis ta’lim dan mengajarkan
ilmu-ilmu Ahlussunnah Wal Jama’ah (Asy’ariyah-Maturidiyah) sehingga banyak mahasiswa
LIPIA yang beliau sadarkan dan tercerahkan serta kembali kepangkuan Aswaja, termasuk penulis
sendiri.
Al-Imam Al-Muhaddits Syekh Abdullah Al-Harari |
Kedatangan
Syekh Salim ke Madura
Sejatinya Kedatangan SS ke Madura
tidak ada niatan untuk bertemu dengan Ra Lilur (RL). Karena SS belum kenal
dengan RL dan tidak pernah mendengar info sama sekali tentang RL sebelum
perjumpaan tersebut. Kedatangan SS ke Madura atas undangan KH. Zainal Arifin (KZA)
pengasuh pada salah satu pesantren di daerah Tanah Merah Bangkalan Madura. SS
diundang untuk mengisi pengajian dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Undangan tersebut atas inisiasi dari adik KZA yang bernama Fathimah yang kebetulan kenal
dengan salah satu dari murid SS. Dalam kesempatans itu SS ditemani oleh Hajj
Abdul Lathif Nasy-syar (HAL) dari Australia dan dua orang murid SS, Ust.
Choirul Anshori (Malang) dan Ust. Kholid Hadhromi (Sidoarjo).
Menurut cerita Ust. Anshori (UA),
rombongan ketika itu sampai di kediaman KZA pada sore hari. Maka seperti biasanya,
para tamu dijamu dengan hidangan makanan. Merekapun menikmati hidangan makanan
yang telah disediakan. Diantara makanan yang dihidangkan adalah nasi kuning.
Maka teman SS, HAL berbisik kepada UA: “ ini kalau dicampur dengan laban (susu
khas timur tengah yang rasanya masam) rasanya akan bertambah nikmat.” Tapi di
sini kayaknya sulit untuk mencarinya, jawab UA tanpa dapat memberikan solusi
atas keinginan HAL.
Datangnya Ra Lilur secara tiba-tiba
Sore itu di saat SS dan rombongan
beramah tamah dengan tuan rumah, tiba-tiba
muncul seseorang yang asing bagi SS dan rombongan. Orang tersebut terlihat
biasa saja dan sedikit aneh, karena beliau hanya memakai kaos singlet dan
celana hitam pendek serta memakai sorban orange yang dililitkan begitu saja,
tapi tuan rumah terlihat sangat menghormatinya dan mengagungkannya. Ketika itu
SS sempat merasa heran. Melihat tuan rumah, KZA berdiri menyambut tamu yang
baru datang, SS pun juga berdiri menyambutnya. Ketika itu sang tamu, yang
belakangan diketahui adalah Ra Lilur, menghampiri SS dan berkata kepada SS dengan bahasa arab
yang fasih: “
Anda seorang Sunni bukan Wahabi.” Setelah itu RL memberikan sebuah
bingkisan kepada SS. Tidak lama setelah mereka mengobrol, RL pun pamit pulang.
Sementara masyarakat yang di luar ruangan sudah banyak yang mengantri ,baik
laki-laki maupun perempuan, ingin bersalaman dengan RL untuk ngalap berkah.
Tapi RL tidak peduli dengan mereka. Beliau langsung menerobos jama’ah dan
menaiki motor yang sudah menunggu. Melihat pemandangan seperti itu, SS yang
belum mengenal tentang RL, bertanya kepada KZA dengan penuh heran. KZA pun
menceritakan tentang jati diri RL. Akhirnya SS menyampaikan kepada KZA
keinginannya untuk bertemu kembali dengan RL sebelum acara dimulai (acaranya
adalah bakda ‘isya’). Namun KZA tidak bisa menjanjikan untuk bisa
menghadirkannya kembali. Karena RL sulit untuk bisa ditemui jika bukan beliau
yang berkehendak. Namun tanpa disangka-sangka ternyata RL tiba-tiba datang kembali bakda maghrib dengan membawa dua bingkisan dan menyerahkannya kepada SS, seraya berkata: " Ini untuk Anda." SS pun langsung menarik tangan RL dan membawanya masuk ke dalam ruangan. Saat itu RL berbicara kepada SS tentang zuhud dan bagaimana ber'amal untuk akherat. RL juga menyampaikan tentang kondisi saudara-saudara kita yang ada di beberapa daerah di negara-negara arab. Tak lupa juga RL menyampaikan tentang pentingnya ilmu agama kepada SS. Dalam kesempatan itu RL juga bercerita tentang kakeknya yang mempunyai Pesantren. Dalam
pembicaraan dan obrolan antara mereka, RL juga menggunakan bahasa arab yang
fasih. Padahal beliau ketika ditanya SS hanya belajar bahasa arab ketika masih
MI. Menurut UA dan UKh, ketika mereka mengobrol, RL malah menyampaikan tentang
sifat-sifat Lebanon dan sekitarnya, daerah asal SS dan juga Australia negara tempat tinggal SS
sekarang dengan detail seakan-akan RL melihat peta.
Ada yang menarik bagi penulis dari obrolan
antara SS dan RL tersebut. Yaitu ketika SS bertanya kepada Ra Lilur: “Adakah
orang-orang shaleh yang bisa saya kunjungi di Indonesia ?”.
Maka RL terdiam
sebentar. “ Kalau Orang ‘Alim (Ulama’) banyak, tapi
yang shaleh
sedikit.” Jawab RL tanpa menyebut nama.
Setelah itu RL melihat kepada tangannya seakan-akan melihat jam,
padahal tidak ada jamnya, seraya berkata kepada SS: “ Ini sudah mau isya’,
Saya pamit dulu.” Tidak lama setelah itu, ketika sampai di pintu, mau
keluar, ternyata terdengar adzan yang menandakan waktu isya’ sudah masuk.
Ada beberapa hal aneh yang menarik dari pertemuan dan perjumpaan
tersebut, yaitu:
1.
Tentang tiga bingkisan yang diberikan RL kepada SS. Ternyata
setelah dibuka, bingkisan pertama berisi kaos dalam made in Malaysia yang cocok
sekali dengan ukuran SS. Padahal beliau sudah mencari di mana-mana dengan
ukuran yang cocok dengannya tapi tidak menemukannya. Bingkisan ke dua berisi
air zam-zam 5 liter dan bingkisan ke tiga berisi laban (susu khas timur tengah
yang rasanya masam) made in Singapura. Laban inilah yang ditanyakan oleh HAL
ketika menikmati nasi kuning di kediaman KZA.
2. Setelah SS balek ke Jakarta, SS dapat telepon dari Madura bahwa foto-foto hasil jepretan kamera panitia pada acara tersebut tidak ada yang muncul. Mereka bertanya tentang kamera yang dibawa oleh SS apakah muncul gambar-gambarnya. Maka SS pun menjawab: Iya.
2. Setelah SS balek ke Jakarta, SS dapat telepon dari Madura bahwa foto-foto hasil jepretan kamera panitia pada acara tersebut tidak ada yang muncul. Mereka bertanya tentang kamera yang dibawa oleh SS apakah muncul gambar-gambarnya. Maka SS pun menjawab: Iya.
3. Kira-kira dua minggu kemudian, ketika Fathimah, adik
KZA ke Jakarta untuk bertemu SS, RL titip surat untuk SS yang ternyata surat
tersebut ditulis di kertas bekas bungkus rokok yang bertuliskan:
أنا أحبك لأنك من أهل السنة والجماعة
Aku mencintaimu, karena Engkau
termasuk Ahlussunnah wal Jama’ah
4.
Tiga bulan
kemudian, ketika SS ke
Mesir dalam suatu acara dakwah, tiba-tiba RL menghubungi SS lewat sambungan
telepon. Dalam sambungan telepon itu RL menyampaikan kerinduannya kepada SS,
seraya berucap dengan bahasa arab:
أين أنت يا شيخ؟؟ أنا مشتاق إليك
Ada di
mana Engkau wahai Syekh?? Aku Rindu padamu
Dan RL berjanji kepada SS untuk menghubunginya kembali ketika SS sudah di Australia.
Dan RL berjanji kepada SS untuk menghubunginya kembali ketika SS sudah di Australia.
Begitulah
kisah pertemuan
antara SS
dengan RL yang tanpa disangka-sangka ini.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari perjumpaan yang mulia ini dan
senantiasa mendapat barokah dari keduanya serta ditetapkan pada Aqidah Ahlussunnah
wal Jama’ah. Aamiin.
Jember, 07 Juni 2020
Penulis: Mastur, S. Ag, M. Pd (Santri Syekh Salim ‘Alwan al-Husaini, Dosen dan
Salah Satu
Pengasuh Ma’had Al-Jami’ah IAIN Jember, Pengasuh Asrama Mahasiswa
Baitul ‘Ilmi Jember dan Ketua Koordinator Bidang Hubungan Aswaja Internasional
Aswaja Center PCNU Jember )
Komentar
Posting Komentar