Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

TAWASSUL DALAM PANDANGAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

Ketahuilah bahwa tidak ada dalil yang hakiki yang menunjukan tidak diperbolehkannya tawassul dengan para nabi dan para wali Allah baik saat tidak hadirnya mereka maupun setelah mereka meninggal dengan alasan bahwa hal itu adalah ibadah kepada selain Allah. Padahal hanya memanggil orang yang hidup atau yang sudah meninggal, mengagungkan, meminta pertolongan kepada selain Allah, menuju kuburan seorang wali untuk mencari berkah, meminta sesuatu yang tidak biasanya terjadi di antara manusia atau mengucapkan kalimat minta tolong kepada selain Allah buakanlah perbuatan syirik. Karena definisi ibadah menurut ahli bahasa tidak berlaku bagi masalah-masalah di atas, sebab ibadah secara definitif ialah ketaatan yang disertai dengan ketundukan. Al Azhari, salah seorang pakar bahasa terkemuka mengutip perkataan al Farra’ yang merupakan ahli bahasa paling mashur mengatakan: “Ibadah dalam bahasa Arab ialah ketaatan yang disertai dengan ketundukan. (lihat Lisan al ‘Arab, pada huruf ‘Ain, ba’, dal). S

Membedah Ritualitas Maulid Nabi Antara Formalitas Dan Napak Tilas

Membedah Ritualitas Maulid Nabi Antara Formalitas Dan Napak Tilas Oleh : Mastur,Mpd Pendahuluan Setiap tanggal 12 Rabiul Awal mayoritas kaum muslimin di belahan dunia - termasuk Indonesia- memperingati hari lahirnya Nabi Agung, Nabi akhir zaman Nabi Muhammad Sahallahu ‘alai wasalalam . Tetapi ada beberapa kelompok yang menganggap bahwa peringatan Maulid Nabi ini adalah merupakan perbuatan Bid’ah. Dan pelakunya tergolong sebagai ahli bid’ah yang dicela oleh Nabi. Mereka menganggap bahwasanya semua bid’ah adalah sesat. Tidak ada yang namanya bid’ah hasanah. Mereka memahami hadits nabi: كل بدعة ضلالة apa adanya. Sehingga mereka memandang setiap perkara yang tidak pernah dilakukan Nabi(bid’ah dalam pandangan mereka) adalah sesat. Termasuk peringatan Maulid Nabi. Maka tidak heran kalau mereka sangat anti terhadap peringatan Maulid Nabi, baik melalui mimbar-mimbar podium ataupun lewat media dan buku. Sebenarnya bagaimana pandangan syareat tentang peringatan maulid nabi ini. 1. Bid’ah

Membedah Pembagian Tauhid Ala Wahabi

Gambar
Membedah Pembagian Tauhid Ala Wahabi Tauhid Rububiyah, Uluhiyah dan al-Asma' wa al-Shifat Oleh: Ust. Mastur Maskur, S.Ag, M.Pd Di kalangan kaum Wahabi ada faham bahwa tauhid terbagi menjadi tiga. Pertama, Tauhid Rububiyah, yaitu iman kepada Allah sebagai satu-satunya pencipta (al-Khaliq), penguasa(al-Malik), dan pengatur seluruh makhluk (al-Mudabbir). Kedua, Tauhid Uluhiyah, yaitu meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah. Dan ketiga, Tauhid al-Asma wa al-Shifat, yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadits, tanpa melakukan ta’thil (penolakan), tahrif (perubahan dan penyimpangan lafadz dan makna), tamtsil (penyerupaan) dan takyif (menanya terlalu jauh tentang sifat Allah). Menyikapi pembagian tauhid ala Wahabi tersebut, Syeikh Salim Alwan al-Hasani , Mufti Australia mengatakan, bahwa menurut Ulama Ahlussunnah, pembagian tauhid menjadi tiga yang dilakukan oleh sebagian orang adalah bid’ah yang batil dan

ALMUHADDITS SYEKH ABDULLAH ALHARARI SALAH SATU ULAMA' PEJUANG ASWAJA ABAD INI

Gambar

MENGENAL AHLI HADITS SYEKH ABDULLAH ALHARARI

Gambar
NAMA DAN KELAHIRAN Seorang alim, panutan para muhaqqiq, rujukan dan pemuka ulama, Al-Imam Al-Muhaddits, seorang yang bertaqwa dan zuhud, mempunyai keutamaan dan tekun beribadah, mempunyai keistimewaan yang agung, beliau adalah Syekh Abu 'Abd Al-Rahman 'Abd Allah Ibn Yusuf Ibn Abd Allah Ibn Jami' Al-Harari al-Syaibi Al-'Abdari , mufti wilayah Harar. Beliau dilahirkan di kota Harar, sekitar tahun 1339 H/1920 R. KEHIDUPAN DAN RIHLAH ILMIAH Beliau dibesarkan dalam keluarga sederhana yang cinta ilmu dan ulama. Beliau membaca Al-Qur'an dengan tartil dan baik sejak umur 7 tahun, dan sudah dapat menghapalnya diluar kepala. Beliau belajar dari ayahnya kitab Al-Muqaddimah al-Hadhramiyyah dan kitab Al-Mukhtashar al-Shagir, yang termasuk kitab fiqih yang masyhur di daerahnya. Kemudian beliau mendalami berbagai bidang keilmuan dengan menghafal berbagai matan ilmu agama. Kemudian beliau memfokuskan diri pada bidang hadits dan menguasai (hafal) Al-Kutub Al-Sittah (6 kita

AHLUSSUNNAH ADALAH ASYA'IRAH DAN MATURIDIYAH

a.Siapakah Ahlussunnah wal Jama’ah? Istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata, pertama perkataan Ahlun ((أهل Kedua As-Sunnah ((السنتة dan ketiga al-Jama’ah (الجماعة). Ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan, bukan sesuatu yang terpisah-pisah. a. Ahlun ( (أهل Secara etimologi kata Ahlun mengandung dua makna, selain bermakna keluarga dan kerabat, Ahlun juga berarti pemeluk aliran atau pengikut madzhab. Adapun dalam al-Qur’an sendiri, sekurangnya ada tiga makna Ahlun: Pertama, Ahlun berarti keluarga, sebagai mana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Huud ayat 45 : ونادى نوح ربّه فقال ربّ إنّ ابني من أهلي Maknanya: “Dan Nuh menyeru kepada Tuhannya, Ya Allah sesungguhnya anakku adalah dari keluargaku” Kedua, Ahlun berarti penduduk seperti firman Allah, al-Qur’an surat al-A’raf ayat 96 ولو أنّ أهل القرى ءامنوا واتقو لفتحنا عليهم بركات من السماء و الأرض ولكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون Maknanya: ”Jikalau sekiranya penduduk negri-negri itu beriman dan bertaqwa, maka

MAHA SUCI ALLAH DARI TEMPAT, ARAH, BENTUK DAN UKURAN (HADD)

A. Allah Ada Tanpa Tempat قال الله تعالى: ليس كمثله شىء (سورة الشورى: 11) Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi) dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (Q.S. asy- Syura: 11) قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كان الله ولم يكن شيء غيره (رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود) Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud) قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أنت الظاهر فليس فوقك شىء وأنت الباطن فليس دونك شىء (رواه مسلم وغيره) Maknanya: "Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah al Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuau dibawah-Mu" (H.R. Muslim dan lainnya). روى الإمام مالك والإمام أحمد أن رجلا من الأنصار جاء بأمة سوداء وقال : يا رسول الله إن علي رقبة مؤمنة فإن كنت ترى هذ