Membedah Pembagian Tauhid Ala Wahabi

Membedah Pembagian Tauhid Ala Wahabi
Tauhid Rububiyah, Uluhiyah dan al-Asma' wa al-Shifat
Oleh: Ust. Mastur Maskur, S.Ag, M.Pd

Di kalangan kaum Wahabi ada faham bahwa tauhid terbagi menjadi tiga. Pertama, Tauhid Rububiyah, yaitu iman kepada Allah sebagai satu-satunya pencipta (al-Khaliq), penguasa(al-Malik), dan pengatur seluruh makhluk (al-Mudabbir). Kedua, Tauhid Uluhiyah, yaitu meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah. Dan ketiga, Tauhid al-Asma wa al-Shifat, yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadits, tanpa melakukan ta’thil (penolakan), tahrif (perubahan dan penyimpangan lafadz dan makna), tamtsil (penyerupaan) dan takyif (menanya terlalu jauh tentang sifat Allah).
Menyikapi pembagian tauhid ala Wahabi tersebut, Syeikh Salim Alwan al-Hasani , Mufti Australia mengatakan, bahwa menurut Ulama Ahlussunnah, pembagian tauhid menjadi tiga yang dilakukan oleh sebagian orang adalah bid’ah yang batil dan munkar. Pembagian tersebut tidak ada di dalam al-Qur’an maupun al-Hadits. Tidak pula dikatakan oleh seorangpun ulama salaf ataupun ulama yang mu’tabar. Pembagian tersebut hanya dilakukan oleh kelompok musyabbihah zaman ini (kaum wahabi.red) meskipun mereka mengira bahwa mereka memerangi bid’ah.
Di dalam majalah Nurul Islam yang di terbitkan oleh Ulama al-Azhar Mesir (edisi Rabiul Akhir 1352 H), al-Imam Yusuf al-Dijwi al-Azhari mengatakan, bahwa perkataan mereka bahwa tauhid terbagi menjadi tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah adalah pembagian yang tidak dikenal oleh seorangpun sebelum Ahmad ibn Taimiyah dan pembagian (tersebut) adalah pembagian yang tidak masuk akal.
Dalam pembagian tauhid menjadi tiga ala Wahabi di atas, sekilas memang tidak ada masalah. Karena setiap muslim memang wajib meyakini seluruh yang terkandung dalam makna ketiga pembagian tersebut. Namun permasalahannya adalah ketika kita meneliti, ternyata kaum Wahabi mempunyai maksud tertentu dibalik pembagian tauhid tersebut. Kaum Wahabi mengklasifikasikan tauhid menjadi tiga bukan tidak ada maksud dan tujuan.
Untuk istilah tauhid rububiyah dan uluhiyah mereka jadikan kaidah untuk mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan tawassul dan tabarruk. Karena kaum muslimin yang melakukan tawassul dan tabarruk mereka anggap telah menyembah selain Allah dan ini berarti telah menyalahi yang mereka sebut sebagai tauhid uluhiyah. Bahkan mereka berani mengatakan bahwa Abu Jahal, Abu Lahab dan kaum musyrikin lainnya beriman kepada Allah dan ber-tauhid rububiyah. Mereka sama sekali tidak menyekutukan Allah dalam hal ini . Lebih parah lagi mereka mengatakan bahwa Abu Jahal dan Abu Lahab Tauhid-nya lebih banyak dan keimanannya lebih murni dibandingkan dengan kaum muslimin yang bertawassul dengan para auliya’ dan shalihin dan memohon syafa’at kepada Allah sebab mereka. (Lihat kitab Kaifa Nafhamu al Tauhid karangan Muhammad Ahmad Basyamil, hal: 16). Bukankah ini pengkafiran terhadap kaum muslimin secara membabi buta? Bukankah mayoritas kaum muslimin mulai dari zaman Nabi, sahabat, dan salaf yang saleh sampai sekarang melakukan tawassul dan tabarruk?
Adapun istilah Tauhid al-Asma wa al-Shifat mereka jadikan kaidah untuk mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan ta’wil terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Mereka menganggap bahwa kaum muslimin yang melakukan ta’wil telah melakukan ta’thil (penolakan) terhadap shifat-shifat Allah. Karena mereka mempunyai kaidah “Takwil adalah Ta’thil”. Sementara kita tahu bahwa barang siapa yang melakukan ta’thil berarti kafir. Jadi menurut mereka barang siapa yang men-ta’wil ayat-ayat shifat berarti kafir. Menurut mereka apabila kita menta’wil lafal istawa dalam al-Qur’an dengan Qahara atau istaula (menguasai) berarti kita telah melakukan ta’thil dan tahrif. Dan ini berarti menurut mereka, kita adalah kafir. Padahal ta’wil model seperti ini juga dilakukan oleh sebagian ulama salaf, diantaranya adalah Ibn Jarir al-Thabari dalam Tafsir-nya.
Klasifikasi tauhid rububiyah dan uluhiyah bertentangan dengan hadits mutawatir yang diriwayatkan sekelompok sahabat termasuk didalamnya adalah sepuluh orang yang dijamin masuk surga. Hadits ini diriwayakan al Bukhari dalam kitab Shahih-nya bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang wajib disembah melainkan Allah (la ilaha illallah) dan sesungguhya aku adalah utusan Allah……...”
Dalam hadits ini Rasulullah menganggap cukup akan keislaman seseorang yang telah mengakui akan keesaan Allah dalam ketuhanan (uluhiyah) dan mengakui beliau sebagai Rasulullah. Adapun kaum Wahabi mensyaratkan akan keislaman seseorang tidak hanya dengan pengakuan terhadap tauhid rububiyah saja tapi harus mengakui juga terhadap tauhid uluhiyah, padahal antara tauhid rububiyah dan uluhiyah tidak ada bedanya dalam pandangan syara’.
Menurut Imam al-Haddad disebutkan, tauhid uluhiyah masuk dalam keumuman tauhid rububiyah dengan dalil bahwasanya ketika Allah mengambil perjanjian (mitsaq) dengan keturunan Nabi Adam, Allah mengatakan, "Alastu birabbikum (bukankah Aku Tuhan kalian)?" Dalam hal ini Allah tidak mengatakan, alastu biilahikum, karena Allah menganggap cukup dengan tauhid rububiyah tersebut dari mereka. Sudah maklum bahwa orang yang menetapkan ke-rububiyah-an Allah berarti ia juga mengakui akan ke-uluhiyah-an-Nya. Karena rabb pasti ilah, dan ilah pasti rabb, yaitu sama-sama bermakna Dzat Yang Wajib Disembah.
Di dalam hadits juga disebutkan bahwa ketika Malaikat Munkar dan Nakir ketika bertanya kepada orang yang meninggal, mereka berkata, “Man Rabbuka? (siapa Tuhanmu),” tanpa menambah dengan pertanyaan, “Man ilahuka?". Wallahu a'lam.

Komentar

  1. Artikel ini sangat bermanfaat,,
    Mhn Om Admin berikan saya izin Share artikel ini ke blog saya...

    BalasHapus
  2. terimakasih atas aspirasinya. silahkan antum sebarkan pada yang lain. smg bermanfaat

    BalasHapus
  3. jangan mengadu domba sesamu muslim. klau kita oarang beriman salinglah menjaga ukhwah islamiyah jangan membalas keburukan dengan keburukan. buat orang awam semakin iman bukan semakin benci sesama muslim.

    BalasHapus
  4. mas renox aja@ anda harus paham antara menjelaskan yg haq dengan mengadu domba. apa yg saya tulis adalah merupakan penjelasan atas ketidak benaran pembagian tauhid ala Wahabi. karena apa yg mereka sebarkan tdk sejalan dg aqidah Rasulullah dan para sahabat dan salfunassholeh. bukankah pernyataan salah seorang ulama wahabi yg bernanma jamil Zainu yang menyebut Abu lahab dan abu jahal Tauhidnya lebih Murni dari pada kaum muslimin yg bertawassul, adalah pernyataan yg profokatif dan sangat berlebihan??? pernyataan ini muncul sbg akibat dari pemahaman terhadap pembagian Tauhid uluhiyah dan rubiyah. bukankah ini berbahaya pada orang awam? bukankah dg menjelaskan kesalahan pembagian tauhid ala wahabi ini membuat orang awam lebih sadar dan lebih paham terhadap aqidah yg benar, bahwa tdk ada bedanya antara uluhiyah dan ubudiyah, tdk ada bedanya antara Robb dan Ilah..?????

    BalasHapus
  5. Klo aswaja pemahaman tauhidnya giman??

    BalasHapus
  6. thank's atas materinya...saangat membantu dalam memurnikan akidah...

    BalasHapus
  7. Mas Anonim, dlm Aswaja bahwa Tauhid artinya meng Esakan Allah dari penyerupaan dg makhluk, sbgaimana yg dikatakan oleh Imam Junaid al-Baghdadi. artinya bahwa Esa dalam Dzat, Shifat dan perbuatan-Nya, maksudnya Dzat Allah tdk serupa dg Dzat Makhluk, shifat2 Allah tdk serupa dg shifat makhluk dan perbuatan2 Allah tdk sama dg perbuatan makhluk. (mhn maaf baru bisa memberi komentar)

    BalasHapus
  8. sedih, miris....
    untuk umat sekelas USTADZ Mastur Maskur, S.Ag, M.Pd tapi msh terkena tipu-daya SYIAH...
    pelajarilah lebih dalam lagi ttg "apa itu WAHABI"
    karena SYI'AH lah yg menebarkan fitnah terhadap para penegak sunnah dg julukan Wahabi.
    WAHAB-i yg khawarij adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum, kalau org ini yg dimaksud, itupun tdk tepat krn orang ini sdh mati jauuuuuh (211 H) sblm WAHAB-i penegak sunnah yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Beliau ini wafat 1206H, selisih 995 tahun!!!

    Pendiri Wahabi >>> Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum wafat 211 H.
    BUKAN >>> Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab wafat 1206 H

    Sebenarnya, Al-Wahabiyah merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad ke 2 (dua) Hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada Tokoh Sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H. Wahabi ini merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada Ahlus Sunnah,dan sangat jauh dari Islam.

    Untuk menciptakan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk MENGHANTAM dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam(Penegak Sunnah).

    Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.

    Contohnya:
    Inggris mengulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi.

    Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.


    Tuduhan buruk yang mereka lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:

    1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan kebenaran, YAITU PARA AHLI BID'AH, yang hak dikatakan bathil dan sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang shalih dan para wali.

    2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.

    3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang malam.


    Dan barangsiapa ingin mengetahui secara utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad (Abdul Wahab) maka hendaklah membaca kitab-kitab beliau seperti Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.

    BACA :
    http://www.sunny-salafy.me/2012/01/siapakah-sebenarnya-wahhabi.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Spt ini pemahaman ana, lbh ke arah propaganda musuh2 islam dalam mengotak2an umat agar terpecah belah

      Hapus
    2. begitulah akhy,
      sayangnya, banyak yg "kelihatannya berilmu" tp ternyata mudah ditipu, krn yakin dg ilmunya jd merasa paling benar shg tdk lagi membuka wawasan ...
      wallahu'alam

      Hapus
  9. Saya lebih sedih lagi ketika ada orang pakai nama anonim alias gak jelas tetapi merasa seolah samgat pintar dan ahli lantas menuduh ustadz Mastur Maskur tertipu oleh syiah.
    Padahal apa yang beliau sampaikan adalah hal yang benar, dan memang wahabi itu amat pandai mencari kambing hitam dari kesalahan pemahaman mereka sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum mempelajari tuduhan itu,sejarah wahabi yang asli,eh udah komen duluan... SANGAT SEDIH dan SANGAT MIRIS
      Sejak kapan wahabi cari kambing hitam? Unta kaleee xixixi

      Hapus
    2. SIAPAKAH YANG DIMAKSUD DALAM KITAB-KITAB YANG MEMBANTAH WAHABI, WAHABIYAH KAH ATAU WAHBIYAH?
      Disaat kaum Wahabi terbongkar kedoknya sebagai kelompok berpaham ekstrim dan radikal dan melahirkan kelompok-kelompok teroris seperti ISIS, Al Qaida dll.... maka mereka merasa kebakaran jenggot...sehingga rame-rame menolak sebutan wahabi kepada mereka, meskipun sebagian tokoh mereka bangga dengan sebutan tersebut. Sebagian mereka mengatakan, Wahabi yang sesat dalam sejarah yang disebutkan oleh para Ulama' bukan pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab tapi pengikut seorang khawarij yang bernama Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum. Padahal Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum ini bukan pendiri sekte ini. Tapi didirikan oleh Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi. Dan pengikutnya tidak disebut Wahhabiyah tapi Wahbiyyah.
      Kemudian kalaulah sebutan wahabi sesat itu adalah yang dinisbatkan kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, sebagaimana yang mereka dakwakan, lalu kitab-kitab para ulama yang membantah terhadap kelompok wahabi apa juga wahabinya Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum????
      Coba anda cek beberapa kitab berikut, siapakah yang dimaksud wahabi dlm kitab-kitab tersebut?? Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum kah atau Muhammad bin Abdul Wahhab??
      1. Syaikh Abdul Qadir bin Muhammad Salim al-Kilany (W.1362 H) dalam karyanya Itsbatu al-wasithat allati nafatha al-wahabiyyah.
      2. Syaikh Muhammad Hasan (W.1346 H) dalam karyanya al-ushul al-arba’ah fi tardidi al-wahhabiyyah.
      3. Syaikh Ahmad Zainy Dahlan(mufti syafi’iyyah di Mekkah)(W.1304 H) dalam karya-karyanya:
       umara bilad al-haram
       al-futuh al-islamiyyah
       Ad-durar as-suniyah fi ar-radd ‘ala al-wahhabiyyah
       Fitnah alwahabiyyah.
      4. Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab (saudara kandung Muhammad bin abdul wahab pendiri wahaby) dalam karyanya:
       Fashl alkhitab fi raddi dhalala ibn abdul wahab
       Shawa`ikul ilahiyyah fi radd ala alwahabiyyah.
      dan masih banyak lagi yang lainnya.......

      Hapus
    3. Assalamualaikum. Terimakasih admin atas artikelnya. Pada saat ini alhamdulillah banyak kalangan umat Islam yg mulai berusaha lebih mengenal Islam, tapi tanpa ilmu memadai banyak yang tanpa sadar terperosok dalam sekte wahabi karena terbius oleh jargon kembali ke Quran & Sunnah, sehinga mudah membid'ah kan umat Islam mayoritas. Padahal umat Islam mayoritas justru lebih berpegang kepada Quran & Sunnah dengan bimbingan para ulama yang bermazhab fiqih. Akhirnya umat Islam sibuk berdebat mengenai amalan2 yang dianggap bid'ah oleh wahabi, seperi maulid nabi, tawasul, tabaruk dan lain2. Padahal inti dari masalah ini adalah perbedaan dalam mengkaji dan mengamalkan Quran & hadits. Islam mayoritas melakukan takwil, sedangkan wahabi menolak takwil. Penolakan takwil inilah yang menimbulan lahirnya pembagian tauhid menjadi 3 bagian oleh wahabi. Dan ini dianggap fatal oleh umat Islam mayoritas. Harapan saya adalah bahwa umat Islam tidak terlalu mempersoalkan anggapan bidah terhadap amalan2 tertentu. Sedangakan harapan kpd ulama2 adalah bahwa ulama2 harus lebih gencar memberikan kajian masalah tauhid ini kepada umat Islam, agar umat Islam tidak terperosok dalam konsep tauhid 3 bagian. Bagi kami tauhid hanya satu, yaitu Laa illaa ha illallah...wallahualam. Wassalamualaikum...

      Hapus
    4. Meluruskan Tuduhan Miring tentang Wahhabi
      1. Tuduhan: Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang mengaku sebagai Nabi [3], ingkar terhadap Hadits nabi [4], merendahkan posisi Nabi, dan tidak mempercayai syafaat beliau.

      Bantahan: Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang sangat mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini terbukti dengan adanya karya tulis beliau tentang sirah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik Mukhtashar Siratir Rasul, Mukhtashar Zadil Ma’ad Fi Hadyi Khairil ‘Ibad atau pun yang terkandung dalam kitab beliau Al-Ushul Ats-Tsalatsah.

      Beliau berkata: “Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat –semoga shalawat dan salam-Nya selalu tercurahkan kepada beliau–, nkekal. Dan inilah agamanya; yang tidaklah ada kebaikan kecuali pasti beliau tunjukkan kepada umatnya, dan tidak ada kejelekan kecuali pasti beliau peringatkan. Kebaikan yang telah beliau sampaikan itu adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan kejelekan yang beliau peringatkan adalah kesyirikan dan segala sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau kepada seluruh umat manusia, dan mewajibkan atas tsaqalain; jin dan manusia untuk menaatinya.” (Al-Ushul Ats-Tsalatsah)

      Beliau juga berkata: “Dan jika kebahagiaan umat terdahulu dan yang akan datang karena mengikuti para Rasul, maka dapatlah diketahui bahwa orang yang paling berbahagia adalah yang paling berilmu tentang ajaran para Rasul dan paling mengikutinya. Maka dari itu, orang yang paling mengerti tentang sabda para Rasul dan amalan-amalan mereka serta benar-benar mengikutinya, mereka itulah sesungguhnya orang yang paling berbahagia di setiap masa dan tempat. Dan merekalah golongan yang selamat dalam setiap agama. Dan dari umat ini adalah Ahlus Sunnah wal Hadits.” (Ad-Durar As-Saniyyah, 2/21)

      Adapun tentang syafaat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata –dalam suratnya kepada penduduk Qashim–: “Aku beriman dengan syafaat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliaulah orang pertama yang bisa memberi syafaat dan juga orang pertama yang diberi syafaat. Tidaklah mengingkari syafaat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini kecuali ahlul bid’ah lagi sesat.” (Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, hal. 118)

      2. Tuduhan: Melecehkan Ahlul Bait
      Bantahan:
      Beliau berkata dalam Mukhtashar Minhajis Sunnah: “Ahlul Bait Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak atas umat ini yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Mereka berhak mendapatkan kecintaan dan loyalitas yang lebih besar dari seluruh kaum Quraisy…” (Lihat ‘Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah, 1/446)
      Di antara bukti kecintaan beliau kepada Ahlul Bait adalah dinamainya putra-putra beliau dengan nama-nama Ahlul Bait: ‘Ali, Hasan, Husain, Ibrahim dan Abdullah.

      3. Tuduhan: Bahwa beliau sebagai Khawarij, karena telah memberontak terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Al-Imam Al-Lakhmi telah berfatwa bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij ‘Ibadhiyyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.

      Bantahan:
      Adapun pernyataan bahwa Asy-Syaikh telah memberontak terhadap Daulah Utsmaniyyah, maka ini sangat keliru. Karena Najd kala itu tidak termasuk wilayah teritorial kekuasaan Daulah Utsmaniyyah [5]. Demikian pula sejarah mencatat bahwa kerajaan Dir’iyyah belum pernah melakukan upaya pemberontakan terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Justru merekal

      Hapus
  10. Ustad saya mau tanya, perbedaan pembagian Tauhid Wahabi sama Aswaja apakah perbedaan dalam Ushul atau masih dalam rana furu ustad?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?
      Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan. Pertama, mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah:
      “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )
      Kedua, agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman:
      “Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18, Lihat kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)

      Hapus
  11. Terkumpul 3 jenis tauhid ini di dalam sebuah firman Allah:

    رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً .مريم:65

    Artinya: “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah).” (Qs. 19:65) berhati-hatilah wahai saudaraku muslimin artikel ini banyak mengandung subuhat yg berbahaya,penulisnya menukilkan hadis yg sohih akan tetapi sayang, ia tidak membawanya dari yang bermakna umum kepada yang husus,tetapi malah membawa dari yg maknanya husus ke umum inilah ciri"penyimpangan Ahlu bid'ah..
    Buat penulisnya saya hya bisa do'akan Alloh yahdiik...semoga Alloh memberikan hidayah kpdx.



    Read more https://konsultasisyariah.com/911-darimanakah-asal-usul-pembagian-3-tauhid.html

    BalasHapus
  12. Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?
    Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan. Pertama, mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah:
    “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )
    Kedua, agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman:
    “Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18, Lihat kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)

    BalasHapus
  13. Salah satu di antara penyebab kekufuran, kesyirikan dan kebid’ahan serta segala bentuk kesesatan kaum muslimin di dalam agama adalah tersebarnya hadits-hadits dha’if (lemah) dan maudhu’ (palsu). Dari sini kita mengetahui betapa besar amalan ulama ahli hadits, yang dahulu maupun sekarang, dalam menjaga kemurnian Islam dan menyelamatkan kaum muslimin dari kesesatan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHA SUCI ALLAH DARI TEMPAT, ARAH, BENTUK DAN UKURAN (HADD)

KISAH PERTEMUAN KH. KHOLILURRAHMAN (RA LILUR – CICIT MBAH KHOLIL BANGKALAN MADURA) DENGAN GURU MULIA, PROF. DR. AL-HABIB AL-SYAIKH SALIM ‘ALWAN AL-HUSAINI (KETUA DARUL FATWA AUSTRALIA)