A. Allah Ada Tanpa Tempat قال الله تعالى: ليس كمثله شىء (سورة الشورى: 11) Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi) dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (Q.S. asy- Syura: 11) قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كان الله ولم يكن شيء غيره (رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود) Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud) قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أنت الظاهر فليس فوقك شىء وأنت الباطن فليس دونك شىء (رواه مسلم وغيره) Maknanya: "Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah al Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuau dibawah-Mu" (H.R. Muslim dan lainnya). روى الإمام مالك والإمام أحمد أن رجلا من الأنصار جاء بأمة سوداء وقال : يا رسول الله إن علي رقبة مؤمنة فإن كنت ترى هذ...
Membedah Pembagian Tauhid Ala Wahabi Tauhid Rububiyah, Uluhiyah dan al-Asma' wa al-Shifat Oleh: Ust. Mastur Maskur, S.Ag, M.Pd Di kalangan kaum Wahabi ada faham bahwa tauhid terbagi menjadi tiga. Pertama, Tauhid Rububiyah, yaitu iman kepada Allah sebagai satu-satunya pencipta (al-Khaliq), penguasa(al-Malik), dan pengatur seluruh makhluk (al-Mudabbir). Kedua, Tauhid Uluhiyah, yaitu meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah. Dan ketiga, Tauhid al-Asma wa al-Shifat, yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadits, tanpa melakukan ta’thil (penolakan), tahrif (perubahan dan penyimpangan lafadz dan makna), tamtsil (penyerupaan) dan takyif (menanya terlalu jauh tentang sifat Allah). Menyikapi pembagian tauhid ala Wahabi tersebut, Syeikh Salim Alwan al-Hasani , Mufti Australia mengatakan, bahwa menurut Ulama Ahlussunnah, pembagian tauhid menjadi tiga yang dilakukan oleh sebagian orang adalah bid’ah yang batil dan...
Ra Lilur bersama Syekh Salim dan Hajj Abdullathif Prolog Bagi sebagian besar kaum santri di Indonesia, khususnya masyarakat Madura nama Ra Lilur (RL) sudah tidak asing lagi. Bagaimana tidak, Ra Lilur yang mempunyai n ama lengkap KH. Kholilurrahman ini adalah cicit ulama besar Indonesia, KH. Kholil Bin Abd Latief, atau Syaikhona Kholil Bangkalan, atau Mbah Kholil. RL adalah sosok ulama’ yang zuhud dan tawadhu’. Masyarakat Madura menilai RL dalam maqom jadzab. Dalam terminologi sufi (tassawuf), jadzab merupakan suatu tahapan untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam kewalian. Orang yang tak paham bisa jadi mengira ia gila. Maklum, penampilannya apa adanya. Apalagi perilakunya cenderung aneh. Ia kadang hidup di tengah laut, merendam diri sampai berhari-hari. Namun meskipun demikian banyak orang tidak mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang kutu kitab. Beliau bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk muthola’ah kitab. Yang lebih mengagumkan, meski sehari-hari beliau...
Komentar
Posting Komentar