Langsung ke konten utama

Mengenal Lebih Dekat Sang Murabbi Ruuhina


Dok. Pri

Takkenal maka taksayang, demikian pepatah yang familiar di telinga kita. Seringkali diucapkan untuk menggambarkan bahwa agar menjadi sayang/cinta kepada seseorang maka kita harus mengenal lebih dalam orang tersebut. Kali ini penulis berusaha mengulik perjalanan hidup dari salah seorang tokoh Aswaja yang sangat getol dalam memerangi paham di luar Akidah Ahlusunnah wal Jama’ah.

Beliau adalah Kiai Mastur, S. Ag, M. Pd. Lahir di Kabupaten Lumajang, tepatnya Desa Petahunan Kecamatan Sumbersuko (dulu masuk wilayah Kecamatan Lumajang) pada tanggal 28 Mei 1976 dari  pasangan Kiai Maskur dan Dewi Julaicha. Pada awal tahun 2000, beliau menikah dengan Nyai Nanik Purnaningsih, wanita asal Dusun Sambileren Desa Purwoasri Kecamatan Gumukmas Jember. Kemudian dikaruniai dua orang putri (Neng Rohmah dan Neng Sarah ‘Aini) dan satu orang putra (Gus Ibrahim Shuhayb).

Riwayat Pendidikan :

Beliau memulai pendidikan formalnya di MI Nurul Islam Petahunan  (lulus tahun 1988), kemudian melanjutkan ke MTs Negeri Lumajang (lulus tahun 1991) dan MAN Program Khusus (MANPK) di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang (lulus tahun 1994). Setelah lulus pesantren, beliau mencoba mengikuti tes di LIPIA (Lembaga Pendidikan Islam Arab) Jakarta bersama 9 orang teman sekelasnya. Namun pada tes kali ini beliau belum ditakdirkan untuk dapat berkuliah di lembaga cabang Universitas Ibnu Su’ud Riyadh Arab Saudi ini. Akhinya, atas bantuan ustadz di pesantren Denanyar, beliau melanjutkan mondok  di Pondok Pesantren Nyai H. Ashfiyah (PP. Ar-Rosyid) Lontar lakar Santri Surabaya, asuhan KH. Shodiq yang merupakan kerabat dari sang ustadz.

Di pesantren ini beliau dipercayai oleh Kiai untuk mengajar para santri, sekaligus menjadi salah satu wakil kiai menyampaikan Khutbah Jum’at di beberapa masjid wilayah Surabaya Barat jika kiai sedang berhalangan untuk mengisi khutbah. Kiai Mastur menjalani pendidikan di pesantren ini kurang lebih satu tahun. Karena beliau belum puas atas kegagalannya untuk kuliah di LIPIA bersama 9 teman sekelasnya, maka beliau mengikuti tes masuk di LIPIA untuk yang kedua kalinya pada tahun 1995. Dan atas izin Allah kali ini beliau dinyatakan lulus. Maka mulai saat itu beliau menjadi mahasiswa resmi di LIPIA Jakarta dan bergabung dengan teman-teman sekelas di pondoknya sampai dengan tahun 1996 akhir. 

Namun, awal tahun 1997 beliau memutuskan untuk berhenti berkuliah di LIPIA karena  tidak cocok dengan ideologi yang diajarkan di sana. Terutama setelah beliau mendapatkan banyak pencerahan dari Habib Syekh Salim ‘Alwan Al-Husaini. Beliau yang merupakan salah satu murid senior dari Ulama’ besar Aswaja Lebanon, yakni Al-Imam Al-Muhaddits Syekh Abdullah Al-Harari Al-Habsyi Al-Asy’ari Al-Syafi’i. Kemudian atas bantuan dari sang guru yaitu Syekh Salim, pada tahun 1998 Beliau terbang ke Lebanon bersama empat teman lainnya untuk menimba ilmu Aswaja kepada Guru dari Sang Guru (Syekh Abdullah Al Harariy). Sepulang dari Lebanon beliau menyelesaikan Pendidikan S-1 nya, di IAI Al-Aqidah Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

Namun, awal tahun 1997 beliau memutuskan untuk berhenti berkuliah di LIPIA dengan alasan  ketidakcocokan dengan ideologi yang diajarkan di LIPIA. Terutama setelah beliau mendapatkan banyak pencerahan dari Habib Syekh Salim ‘Alwan Al-Husaini, yang merupakan salah satu murid senior dari Ulama’ besar Aswaja Lebanon, Al-Imam Al-Muhaddits Syekh Abdullah Al-Harari Al-Habsyi Al-Asy’ari Al-Syafi’i. Kemudian atas bantuan dari sang guru yaitu Syekh Salim, pada tahun 1998 Beliau terbang ke Lebanon bersama empat teman lainnya untuk menimba ilmu Aswaja kepada Guru dari Sang Guru (Syekh Abdullah Al Harariy). Sepulang dari Lebanon beliau menyelesaikan Pendidikan S-1 nya, di IAI Al-Aqidah Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

Perjalanan Dakwah

Pada tahun 2002 beliau berkesempatan berdakwah dan ditugaskan di Riau untuk mengajar di PP. Dar Aswaja. Kemudian pada tahun 2003 beliau ditugaskan di negeri Jiran (Malaysia) tepatnya di Selangor untuk mengajar di Sekolah Rakyat Aswaja. Setelah masa penugasan di Riau selesai, beliau bergabung di Yayasan Syahamah Jakarta. Yayasan yang beliau gagas bersama kawan-kawannya alumni Lebanon untuk menyebarkan Akidah Aswaja dan mengokohkan akidah umat serta membendung paham dan gerakan dakwah di luar Aswaja, seperti Wahabi, HTI, Hizbul Ikhwan dan lain-lain.  Di yayasan Syahamah beliau aktif mengajar dan berdakwah di majelis-majelis taklim dan masjid-masjid Jakarta.

Pada tahun 2009, Beliau mendapatkan beasiswa full dari Kemenag untuk melanjutkan kuliah di program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan mengambil konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab dan lulus pada tahun 2011 dengan predikat Cumlaude. Saat ini beliau sedang proses penyelesaian disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor Pendidikan Agama Islam di program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2016, Beliau  aktif  mengajar di MA Ma’arif NU Kencong Jember dan juga mengajar di STAI Al- Falah As-Sunniyyah (Sekarang INAI Al-Falah As-Sunniyyah) Kencong Jember.

Pada tahun 2013 Unit Pelayanan Bahasa (UPB) IAIN Jember (Sekarang UIN KH. Shidiq) membutuhkan dosen pengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris untuk mengajar dalam program intensif. Kesempatan ini tidak beliau sia-siakan dalam rangka mengamalkan ilmunya dan menyelaraskan dengan gelar S2 Pendidikan Bahasa Arab maka beliau ikut mendaftar dan mengikuti tes. Akhirnya beliau dinyatakan diterima sebagai dosen luar biasa untuk mata kuliah bahasa arab di lembaga tersebut. Bahkan nilai tes TOAFL (tes kemampuan Bahasa Arab) tertinggi di antara peserta tes lainnnya. Sejak saat itu sembari mengajar di STAIFAS dan MA Yunisma, beliau juga aktif mengajar di STAIN Jember sampai akhirnya menjadi Dosen Tetap Non PNS pada awal tahun 2016 hingga sekarang. Dan pada pertengahan tahun 2016, beliau dipercaya menjadi salah satu Pengasuh Ma’ had Al-Jami’ah IAIN Jember hingga awal tahun 2021.

Pada pertengahan tahun 2018, beliau merintis Asrama Mahasiswa di sekitar kampus IAIN Jember, yang kemudian saat ini berkembang menjadi Pondok Pesantren Mahasiswa yang diberi nama Baitul ‘Ilmi (Selengkap-nya bisa dibaca di profil PPM Baitul ‘Ilmi). Saat ini, selain fokus mengajar di UIN KH. Shidiq Jember, beliau juga fokus untuk  mengasuh pesantren yang dirintisnya tersebut.

Pengalaman Organisasi :

Dalam bidang organisasi, beliau pernah menjadi wakil ketua Lembaga Ta’lif wa al-Nasyr (LTN) PCNU Kencong (2009-2014), Ketua LTN PCNU Kencong (2014-2019). Dan saat ini aktif di Aswaja Center PCNU Jember. Dalam pengabdian di masyarakat, beliau sering mengisi acara bedah buku, seminar, Khutbah Jum’at, dan ceramah agama dalam event-event keagamaan. Bahkan pada tahun 2010 beliau mendapat ‘Penghargaan Khutbah Ied Terbaik’ di tingkat Penyuluh Kemenag Kabupaten Jember.

Pengalaman Menulis Buku/Karya Tulis/Penelitian :        

Selain sebagai guru, dosen, dan aktivis dakwah, beliau juga aktif menulis artikel dan buku. Tahun 2008 beliau tergabung dengan tim penulis buku yang berjudul “Membongkar Kebohongan Buku ‘Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) dan diterbitkan oleh Tim Khalista Surabaya. Pada tahun 2010 beliau kembali berkarya bersama LTN PCNU Kencong melalui artikel yang berjudul “Membedah Tauhid Ala Wahabi, Tauhid Rububiyah, Uluhiyah dan Al-Asma’ wa Shifat”. Dan di tahun 2014 Kiai Mastur beserta Tim LTN PCNU Kencong kembali melahirkan karya yang berjudul “Inilah Ahlussunnah wal Jamaah” dan “Prinsip-Prinsip Aqidah Aswaja” yang dimuat dalam buletin dan diterbitkan oleh LTN PCNU Kencong. Dan terakhir pada Tahun 2020 beliau menjadi salah satu tim penulis yang direkrut oleh Kemenag Pusat untuk menulis buku ajar “Teks Nahwu Bahasa Arab kelas XI MA Peminatan untuk tingkat Madrasah Aliyah”.

Setelah mengurai perjalanan hidup beliau, tentu kita harus bisa mengambil pelajaran bahwa berusahalah untuk menjadi orang yang bermanfaat di segala tempat. Dan juga tentu banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan agar senantiasa bisa membimbing kita di jalan-Nya. Aamiin.

Penulis : Musfi Muroqobah

Editor : Tommy Maulana



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHA SUCI ALLAH DARI TEMPAT, ARAH, BENTUK DAN UKURAN (HADD)

KISAH PERTEMUAN KH. KHOLILURRAHMAN (RA LILUR – CICIT MBAH KHOLIL BANGKALAN MADURA) DENGAN GURU MULIA, PROF. DR. AL-HABIB AL-SYAIKH SALIM ‘ALWAN AL-HUSAINI (KETUA DARUL FATWA AUSTRALIA)